BANGKA BARAT — Rapat akbar panggung orasi rakyat menolak oknum wartawan yang kerap meminta uang dan meresahkan masyarakat di Kecamatan Parittiga dan Jebus menghasilkan empat butir pernyataan sikap.
Ketua Asosiasi Tambang Rakyat Daerah (Astrada ) Bangka Barat Rudi Fitrianto, mengatakan, keempat butir pernyataan sikap masyarakat tersebut yaitu:
1. Mengecam keras tindakan oleh oknum wartawan bodrex media online yang disinyalir kerap meresahkan, berorientasi negatif terhadap kegiatan berusaha di sektor pertambangan timah rakyat, perkebunan dan berbagai sektor lainnya yang berdampak terhadap perekonomian masyarakat di Kecamatan Parittiga dan Jebus.
2. Mengutuk keras perilaku premanisme oknum wartawan bodrex media online yang berlindung di balik kebebasan pers dan melanggar kode etik jurnalistik ( KEJ ), sehingga menciderai merusak jati diri citra profesionalitas wartawan yang sesungguhnya.
3. Mewujudkan peran serta masyarakat yang diamanatkan dalam Undang – Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers Bab 7 Pasal 17 ayat 1 dan ayat 2.
4. Kesimpulan dari rapat akbar dan panggung orasi rakyat yang dilaksanakan oleh seluruh komponen masyarakat Kecamatan Parittiga dan Kecamatan Jebus pada hari Jumat, 12 Mei 2023 akan ditindaklanjuti serta berkoordinasi dengan Dewan Pers dan kepolisian.
Rudi Fitrianto mengatakan, LSM Laskar Babar, Astrada Babel serta Forum Kibar Pemuda Merah Putih ( FKPMP ) mengakomodir keresahan dan kegelisahan masyarakat akibat ulah oknum wartawan yang kerap meminta uang kepada pelaku penambangan dan perkebunan serta sektor usaha lainnya.
“Jadi begini, secara masif mereka datang secara berkelompok maupun perorangan, tapi yang lebih nyata banyak masukan ke kita bahkan saya mengalami sendiri. Artinya saya sempat dihubungi oleh rekan kita kawan kita bahwa ada yang mengaku media datang satu mobil dan itu betul,” kata Rudi usai rapat akbar di Lapangan Desa Puput, Kecamatan Parittiga, Jum’at ( 12/5/23 ).
Namun menurut Rudi, saat ia mengalami didatangi rombongan yang mengaku media tidak sampai terjadi intimidasi dan pemerasan, setelah dikomunikasikan secara baik – baik, bahwa apa yang mereka lakukan tidak benar.
“Tetapi bagi masyarakat yang lain banyak kejadian, mereka datang secara berkelompok menakut – nakuti lah. Kemudian dengan pemberitaan yang tidak berimbang lebih banyak opini yang mereka sampaikan dibanding fakta,” cetusnya.
Dikatakan Rudi, berita yang ditulis oknum wartawan itu pun cenderung opini mereka sendiri bahkan menjurus menghakimi korban.
Menurut dia pihak oknum wartawan itu seharusnya memberikan hak jawab dan berita yang dibuat harus terkonfirmasi. Sayangnya hal itu tidak dilakukan, dan fenomena seperti itu hingga hari ini tidak kunjung berhenti.
“Nah inilah bagian dari upaya kita mengakomodir, mengedukasi jangan sampai nanti masyarakat ke depan bertindak dengan cara – cara mereka sendiri,” cetusnya.
Dia menegaskan masyarakat tidak perlu takut menghadapi oknum wartawan seperti itu, apalagi setelah mendapatkan edukasi dari Ketua SIWO PWI Babel Rudi Syahwani dan Ketua PWI Bangka Barat Husni.
Dia sangat menyayangkan akibat ulah oknum mengatasnamakan media online tersebut menciderai profesi wartawan yang sesungguhnya.
“Artinya citra buruk terhadap rekan – rekan pers kita yang betul – betul secara profesional menjalankan tugasnya. Nah ini kita menjaga ini kita sayang dengan rekan – rekan pers, bukan kita anti pers, tidak. Justru kita mendukung kebebasan pers. Kemudian juga fungsi masyarakat juga sebagai fungsi kontrol tentunya. Dengan keberadaan pers dan tugas pers demi kemerdekaan pers dan mewujudkan pers yang profesional,” tutupnya. ( SK )