BANGKA BARAT — Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang ( PUPR ) bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah ( BPBD ) Bangka Barat memantau langsung dampak abrasi yang menggerogoti Pantai Batu Berani di Kecamatan Muntok, Rabu ( 25/1/23 ).
Abrasi itu menimbulkan kerusakan cukup parah hingga menghancurkan jalan aspal dan pondok pelaku UMKM yang berjualan otak – otak di pantai tersebut.
Kabid Pengairan Dinas PUPR Bangka Barat Dekky Edwar mengatakan, untuk penanganan darurat pihaknya akan memasang geobag dan cerucuk kayu sebagai tanggul penahan sementara di sepanjang bibir pantai sepanjang kurang lebih 75 meter.
“Jadi geobag itu nanti kita isi pasir dan kita bikin tanggul di pinggiran ini kita perkuat dengan cerucuk kayu sepanjang bibir pantai ini. Setelah rapi kita timbun dengan urukan pasir. Itu untuk penanganan sementara, mudah – mudahan itu bisa bertahan lama, mungkin bisa sampai setahun sambil kita menunggu anggaran yang lebih permanen, misalnya pakai gorong – gorong ataupun talud batu gunung,” jelas Dekky.
Menurut Dekky pihaknya akan mengerjakannya secepat mungkin. Dia memperkirakan bila cuaca dan faktor lainnya mendukung, maka pemasangan tanggul akan selesai dalam waktu dua minggu.
“Kalau lancar cuaca bagus sekitar dua minggu bisa selesai mudah – mudahan.
Untuk sementara ini dari Bangka Barat yang menangani belum ada campur tangan provinsi karena ini sudah termasuk parah abrasinya ini,” terang Dekky.
Plt. Kepala Dinas PUPR Bangka Barat Novianto menambahkan, hari ini Rabu ( 25/1 ) pihaknya sudah menghitung volume pasir yang dibutuhkan untuk pemasangan geobag, dan hari ini juga akan mendatangkan material pasir untuk menutupi abrasi pantai.
“Mungkin begitu sambil berjalan untuk mengurangi abrasi pantai. Jangka pendeknya sekarang kita melakukan perbaikan dulu di sepanjang bibir pantai,” ujarnya.
Sedangkan untuk rencana jangka panjang menurut dia, Pemkab Bangka Barat akan membuat talud yang sudah dianggarkan di tahun 2024 mendatang.
Novianto tidak menampik lahan untuk rencana tanggul di Batu Berani sebagian milik pribadi masyarakat. Karena itu pihaknya akan memanggil pemilik lahan guna membahas hal tersebut.
“Akan kita panggil berkaitan masalah aset karena kalau itu aset milik warga kami juga tidak bisa intervensi. Makanya kami akan panggil masyarakat yang berkenaan dengan ini untuk sedikit menghibahkan lahan untuk pemasangan talud,” tutup Novianto.
Nina ( 45 ) warga Muntok yang sudah empat tahun berdagang di Pantai Batu Berani mengatakan, kerusakan akibat abrasi kali ini paling parah hingga merusak pondok tempat mereka berdagang.
Sebelumnya untuk penanganan sementara, mereka menggunakan kurang lebih 200 karung yang diisi pasir disusun di bibir pantai, tapi selalu hancur dihantam ombak.
“Kadang – kadang keuntungan hasil kita jualan habis untuk masang tanggul dari karung itu. Bikinnya pun harus cepat karena mengejar jangan sampai air laut keburu pasang lagi,” tutur Nina.
Dia bersyukur berjualan di Pantai Batu Berani tidak dipungut biaya apapun. Namun dirinya berharap masalah abrasi yang menghantui mereka cepat diatasi.
“Masalahnya cuma ombak laut itu saja. Mudah – mudahan cepat diselesaikan biar kami bisa berjualan dengan tenang,” harapnya. ( SK )