BANGKA BARAT — Isu Perairan Tembelok, Kelurahan Tanjung, Kecamatan Mentok dijarah malam hari oleh penambang ilegal kembali berhembus. Kabar tersebut membuat para nelayan merasa resah, pasalnya hal itu menurut mereka tidak benar.
Para nelayan mengaku resah terus menerus disorot media, padahal perairan Tembelok saat ini sudah lengang, tidak ada lagi aktivitas tambang ilegal beroperasi di wilayah tersebut.
Pantauan awak media pada Rabu ( 13/12/2023 ) tengah malam sekira pukul 00.00 WIB, suasana di perairan Tembelok sunyi sepi, hanya terdengar suara mesin pompong yang berlalu lalang di laut.
Selain suara kapal pompong yang menggunakan mesin mobil, juga terlihat lampu para nelayan memancing dan barisan lampu kapal tangker yang lego jangkar.
Sedangkan di pinggir pantai, terdapat tiga nelayan yang biasa berjaga di pondok milik mereka sejak dulu, bukan hanya saat penambangan Tembelok menjadi santer saja, tetapi sudah menjadi rutinitas mereka.
Menurut mereka, jarak dari pondok ke lokasi tambang di laut tidak jauh, hanya sekitar 500 meter. Karena itu mustahil suara mesin ponton tidak terdengar bila ada yang beroperasi.
Tiga anggota Sat Polairud Polres Bangka Barat tampak hadir usai berpatroli di antara para nelayan tersebut. Menurut mereka hal seperti ini rutin dilakukan agar tidak ada aktivitas ponton yang beroperasi.
Menurut Ketua Nelayan Fadli, mereka selalu berjaga – jaga memantau perairan Tembelok selama 24 jam, siang dan malam. Mereka memang terbiasa tinggal di pondok sehingga tidak membutuhkan pos.
Karena itu mereka merasa heran terkait kabar ada aktivitas tambang ilegal di Tembelok baru – baru ini.
”Kalau ada berita media atau kabar burung itu informasi bohong karena kami 24 jam terus menjaga laut, kami heran dengan berita bohong yang beredar,” kata nelayan yang akrab disapa Ali ini kepada awak media, Rabu (13/12/2023) sekitar pukul 01.00 WIB dini hari.
Ali menambahkan selain pihaknya yang menjaga laut, anggota Polairud Polres Bangka Barat juga rutin patroli dari laut maupun dari darat siang malam juga.
Pihaknya selalu berkoordinasi dengan Polairud kalau ada hal yang mencurigakan atau ada pergerakan ponton yang menuju ke Tembelok. Kalau memang ada yang melihat ponton bekerja, pihaknya langsung lapor ke Polairud agar cepat ditindak, bukan mempostingnya di status WhatsApp atau media sosial.
Ali mengaku nelayan Tembelok resah karena informasi bohong yang beredar. Jika benar ada ponton yang bekerja, pihak cepat ambil tindakan melaporkan ke Polairud biar saat itu juga bisa ditindak. Sebab kalau bekerja ada yang beroperasi, tidak mungkin ponton bisa pergi dengan cepat, sedangkan dari kantor Polairud hanya membutuhkan waktu 10 menit ke lokasi.
”Kalau sudah kita lapor Polairud tapi tidak ada respon baru kita viralkan, karena selama ini kita terus melapor kalau ada hal mencurigakan dan hitungan menit langsung direspon Polairud,” ucap Ali.
Kapolres Bangka Barat melalui Kasat Polairud Iptu Yudi Lasmono mengatakan pihaknya rutin melakukan patroli di laut Tembelok dan bertemu nelayan. Dia menyatakan siap menindaklanjuti semua laporan baik dari nelayan maupun masyarakat. Hal itu sudah dibuktikan dengan pengamanan beberapa ponton yang nekad beroperasi.
”Yang kita tangkap itu hasil laporan masyarakat. Jadi peran serta nelayan dan masyarakat sangat kita perlukan,” kata Yudi.
Dia juga mengimbau agar para penambang jangan melakukan aktivitas sebelum ada izin atau aturan yang mengaturnya. Selama izin itu belum ada, maka pihaknya akan mengambil tindakan tegas. Polisi tidak mengenal lelah untuk menindak penambang ilegal yang tetap nekad.
“Kalau ada laporan kami langsung ke lapangan, kami juga rutin patroli sehingga peluang penambang untuk beroperasi kecil kemungkinan,” tutup Yudi Lasmono. ( SK )