BANGKA – Kepala Dusun Tanjung Batu, Ismail, menepis isu adanya larangan terhadap wartawan yang melakukan peliputan kegiatan masyarakat di sekitar dusun yang dipimpinnya.
Menurut dia, hampir setiap kegiatan-kegiatan resmi seperti acara panen padi dan lainnya, banyak wartawan yang datang melakukan peliputan.
“Selama ini kita welcome dengan media dan LSM yang masuk. Jadi jangan karena ada masalah kemarin, seakan-akan Tanjung Batu tidak menerima ada media/LSM meliput ke Tanjung Batu. Selama ini baik-baik saja hubungannya, dan baru kali inilah ada kejadian seperti ini,” ungkapnya, Senin (15/5).
Menurut pria yang akrab disapa Agus itu, kejadian yang dialami masyarakat penambang di sekitar Dusun Tanjung Batu, hampir sama seperti di Parittiga Jebus, Bangka Barat.
Banyak oknum tertentu yang mengaku-ngaku wartawan atau LSM datang ke Tanjung Batu, lalu membuat berita tentang aktivitas masyarakat seperti penambangan atau jual beli pasir timah.
Seringkali berita yang dibuat tanpa konfirmasi, dan kadang beritanya sama sekali tidak sesuai dengan fakta sebenarnya.
“Kalau tidak dikasih uang, mereka buat beritanya dengan tudingan bahwa kegiatan di sini ilegal. Padahal faktanya tidak semuanya ilegal. Pernah ada penambang dari lokasi yang kebetulan nimbang timah di gudang, diikuti sampai ke gudang lalu mereka foto-foto, terus dibuat beritanya tanpa konfirmasi dulu,” beber dia.
Ismail menerangkan, wilayah Teluk Kelabat meliputi perairan Tanjung Sunur, Tanjung Batu, Kelapo Utan, Bukit Tulang, itu masuk dalam IUP PT Timah, dan CV Aldo ditunjuk sebagai salah satu mitranya selaku pemegang SHP.
Ismail juga mengeluhkan berita yang dibuat oleh oknum yang mengaku-ngaku wartawan. Menurutnya, karena kadang lain yang dikonfirmasi, lain juga yang diberitakan.
“Pernah ada berita kegiatan tambang di aliran Sungai Perimping yang masuk dalam SHP PT Timah, tapi yang dibuat beritanya TI hancurkan hutan bakau. Kadang kami cuma bisa nahan hati,” tuturnya.
Ismail mengaku memang tidak pernah mencatat secara detail siapa saja oknum wartawan atau LSM yang datang, namun jumlahnya diperkirakan mencapai ratusan orang.
“Seminggu sampai beberapa kali mereka masuk, tapi orangnya beda-beda. Kalau yang sudah kenal, kadang mereka ada keperluan kita bantu juga. Yang namanya proposal itu banyak sekali. Ada yang ngantar ke rumah, ada juga yang ngantar proposal ke Pos Pam. Ada yang dikasih tunai, ada juga via transfer. Cara kita sudah berteman, saling bantu lah,” demikian Ismail. (Romlan)