BANGKA SELATANHEADLINE

Beliadi Soroti Harga Beras di Babel yang Merangkak Naik

13
×

Beliadi Soroti Harga Beras di Babel yang Merangkak Naik

Sebarkan artikel ini
Wakil Ketua DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Beliadi.

PANGKALPINANG — Wakil Ketua DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Beliadi angkat bicara terkait harga beras yang mulai merangkak naik di sejumlah wilayah yang ada di Babel.

Menurutnya, kenaikan harga beras di pasaran disebabkan oleh fenomena El Nino yang saat ini melanda Indonesia termasuk Provinsi Bangka Belitung, sehingga membuat harga bahan pokok seperti beras mulai naik di pasaran.

Seperti di Kota Pangkalpinang, sebelumnya beras kemasan 5 kg seharga Rp68.000 per karung atau Rp13.600 per kg, kini menjadi Rp72.000 per karung atau naik Rp14.400 per kg.

Tak hanya itu, kenaikan harga beras juga terjadi di Pulau Belitung, Kabupaten Belitung dan Belitung Timur. Masyarakat biasanya membeli Rp65.000 per kemasan 5 kg, tiba-tiba saat hendak membeli lagi naik menjadi Rp 80.000 dengan kemasan yang sama.

Beliadi mengatakan kenaikan bahan pokok di Babel saat ini cukup mengkhawatirkan. Karena itu dibutuhkan gerakan pertanian yang kuat sedari dini sehingga dapat mengantisipasi terjadinya kelangkaan pangan di masa yang akan datang.

“Ini baru El Nino tiga bulan saja Babel sudah mengalami kenaikan harga beras dan bahan pokok dapur luar biasa tinggi, kita harus waspada, jangan enjoy dengan keadaan sekarang. Antisipasinya sudah harus dimulai agar ke depan tidak kelabakan,” kata Beliadi, Kamis (14/9/2023).

Oleh karena itu Beliadi menyarankan langkah antisipasi, misalnya peralihan konsumen total menjadi semi produsen dan berujung pada swasembada. Sehingga, jika swasembada telah diterapkan dan terjadi inflasi, maka kenaikan harga yang terjadi juga dapat dirasakan oleh petani yang ada di Babel.

“Jika kita tidak melangkah ke swasembada, saat ada situasi tertentu terhentinya pasokan kebutuhan pokok dari luar, Pulau Babel bisa terancam karena tidak memiliki kekuatan pangan sendiri, nanti bisa terjadi chaos pangan, ini bahaya sekali,” ujarnya.

Apalagi berdasarkan informasi yang ia diterima saat ini negara India tidak akan mengekspor beras ke luar negeri. Sedangkan petani di Jawa dan Sumatera gagal panen.

Ditambah lagi, negara Vietnam dan Thailand diketahui telah meneken kontrak dengan negara-negara lain, sehingga kemungkinan besar Indonesia tidak akan dapat jatah lagi dari negara-negara tersebut dan dikhawatirkan akan berdampak terhadap masyarakat, khususnya di daerah kepulauan.

“Otomatis Babel akan kena imbasnya karena kita masih mengharap suplai beras, bawang dan lain-lainnya dari luar,” jelasnya.

Untuk itu dia menyarankan penyuluhan kepada petani dari pemerintah daerah harus lebih gencar lagi. Sehingga program yang dimaksud dapat berjalan dan lahan-lahan sawah yang tidak termanfaatkan dengan baik, dapat sesegera mungkin dioptimalkan.

“Bila perlu siapkan stimulus cadangan untuk petani alih profesi untuk biaya hidup mereka saat menunggu panen, agar orang tidak takut bertani dan strategi rekayasa harus disiapkan untuk ini. Prediksi-prediksi ke depan sudah harus diolah dengan matang agar tidak terjadi kelangkaan pangan di Babel jika keadaan di luar kendali kita,” tutup Beliadi. ( Dika )