BANGKA — Wilayah perairan Batu Itam di Teluk Kelabat sedang jadi rebutan. Bukan rebutan antar penambang atau dengan warga, tetapi rebutan antar pihak yang mengaku sebagai pengurus.
Karena adanya persoalan itu, personel gabungan dari Direktorat Polairud Polda Kepulauan Bangka Belitung serta Satpolairud Polres Bangka turun ke lokasi, Rabu (1/11). Mereka memberikan imbauan kepada penambang untuk tidak bekerja di perairan itu.
Direktur Polairud Polda Kepulauan Bangka Belitung, melalui Kasubdit Gakkum AKBP Indra Feri Delimunthe mengungkapkan, pihaknya pada hari ini akan melakukan imbauan terlebih dahulu kepada penambang. Namun jika masih ada, akan dilakukan penindakan hukum lebih lanjut.
” Kita akan himbau secara persuasif agar penambang tidak menambang di lokasi tersebut. Namun jika tetap bersikukuh melakukan penambangan maka akan kami tangkap dan proses hukum. Termasuk orang-orang yang memberikan kesempatan untuk melakukan pertambangan di perairan Batu Hitam, Mengkubung, Teluk Kelabat Dalam. Karena lokasi tersebut bukan merupakan zona tambang dan tidak ada IUP di sana,” ungkap dia.
Kasim, salah satu Ketua RT di Dusun Mengkubung, Desa Riding Panjang, Kecamatan Belinyu, beserta puluhan warga mendatangi TI Apung yang ada di perairan Batu Hitam, Rabu (01/11) pagi. Ia menyatakan menolak kegiatan tambang tersebut. Dia meminta kepada pihak penambang untuk mengatur ulang sistem hasil yang diberikan kepada penambang.
” Iya, tadi segelintir warga ada sekitar 23 orang lah, datang untuk menolak tambang di situ. Maksudnya ini, kalau memang mau bekerja silahkan aturlah baik-baik. Saya juga nggak ngerti rombongan ini maunya bagaimana? Dulu ada rencana minta 2,5 kilogram dari penambang itu untuk kontribusi ke masyarakat,” ungkap Kasim.
Kasim membeberkan, warga Mengkubung sempat melakukan pertemuan untuk membentuk susunan kepanitiaan dalam penambangan itu. Mendengar hal itu dia merasa bingung.
Dilanjutkan Kasim, untuk masalah kompensasi kepada warga selama adanya penambangan di Mengkubung, kompensasi selalu ada dibagikan kepada warga.
” Jika ada yang bilang kompensasi ke warga Mengkubung itu nggak ada. Silahkan ke rumah, lihat KTP-nya saja yang fotocopy banyak di saya. Siapa-siapa yang menerima uang? Tapi itu waktu kemarin semasa saya masih ngurusnya atau sebelum saya di pesantren. Kalau sekarang nggak tahu lah,” bebernya.
Sementara Agus, pihak yang dimaksud sebagai penambang mengatakan, dirinya tidak merasa untuk sengaja menambang di perairan Mengkubung.
Kata Agus, dia membenarkan adanya pertemuan dengan warga Dusun Mengkubung yang ingin menambang.
“Ada pertemuan dengan warga Mengkubung. Secara pribadi bukan sengaja mau, para warga yang mengundang saya untuk masuk di Mengkubung. Saya juga dengar semua keluhan masyarakat selama penambangan di Mengkubung. Kompensasi yang tidak jelas ataupun banyak yang nggak dapat. Berdasarkan pengakuan warga, kalau mereka nggak nambang, nggak akan dapat kompensasi istilahnya,” beber Agus.
Maka dari itu, atas dasar kepentingan warga yang mau menambang dia datang ke pertemuan itu. Untuk masalah penolakan dari kubu Kasim, kata Agus, sudah kerap kali dilakukan pertemuan.
“Kalau ketemu dengan Kasim sudah sering lah. Saya tanya maunya bagaimana, dia minta 2,5 kilo per ponton dan Rp500.000 juga ada,” kata dia.
Masih kata Agus, dia pun bingung dengan Kasim. Lantaran kerap dilakukan pertemuan, dia hanya berpegang kepada masyarakat Dusun Mengkubung yang mau menambang.
Bahkan dijelaskan Agus, untuk masalah kompensasi sebelumnya kerap diberikan kompensasi kepada warga setempat.
Maka dari itu, Agus bertanya-tanya mengapa semua seolah-oleh terprovokasi oleh Kasim? Bahkan sebelumnya rombongannya pernah bekerja di perairan Batu Hitam itu. Dengan dasarnya sudah deal-deal-an dengan Kasim.
” Kami kerja di Bukit Tulang, Pulau Padi, atau di mana selalu kami kasih buat masyarakat. Pernah kemarin kerja tiga hari di Batu Hitam, dan itu Kasim lah yang nyuruh bekerja. Kasim lah yang ngedemo nyuruh kami berhenti. Ini kan masyarakat Mengkubung yang mau kerja. Apa maunya Kasim ini? Sudah baik-baik. Hanya karena satu dia (Kasim), seolah-olah semua terprovokasi dan terpengaruh. Intinya, Kasim tetap nolak kalau buat dia tidak diatur. Kami sudah jelas-jelas ngajak baik-baik, dan semua demi masyarakat yang mau nambang,” jelas Agus.
Masih kata Agus, pada dasarnya penambang yang notabane warga Dusun Mengkubung mau menambang di perairan itu, tidak akan bisa bekerja jika sistemnya kacau balau.
” Jadi intinya, kalau mau kerja, harus deal dengan Kasim. Kalau enggak, ya, terus-terusan gini. Dasar masyarakat Mengkubung mau kerja, mau memajukan kampung. Tapi seolah-olah ini kerajaan Kasim, semua orang seakan denger kata Kasim. Padahal masyarakat butuh makan dan makan dari situ,” cetusnya. (Edho)